Wednesday, January 7, 2009

Ketika Jatuh Cinta

Ketika
Oleh : Dede Farhan Aulawi

Ketika engkau jatuh cinta
Coba tanyakan hati
dimana ia sedang berpijak
Ketika engkau jatuh cinta
Coba tanyakan jiwa
impian mana yang sedang mengalun
Coba pejamkan mata sejenak
Lupakan keindahan yang nampak kasat mata
Selami dengan lebih dalam
Sisi mana yang sedang hilang
Ketika engkau jatuh cinta
Sebentar saja hentikan senandung
Berdiri tegak
Pandang langit sejauh kau mampu
Lafadzkan erat-erat
"Ar Rahman Ar Rahiim"
Ketika engkau jatuh cinta
Sekejap saja hentikan goresan qalbu
Sujud sesyahdu yang kau mampu
Desahkan perlahan ...
"Subhanak Subhanak Subhanak ..."
Kemudian kembalilah jatuh cinta …

Labels:

Rahasia Rumus 90:10

Suatu hari Anda sarapan bersama di rumah. Anak perempuan anda tiba-tiba tanpa sengaja
menumpahkan kopi, sehingga baju seragam anda kotor. Anda lepas kendali, memaki-maki anak Anda sehingga dia menangis. Kemarahan anda merembet kepada pembantu karena menaruh cangkir kopi terlalu dekat ke anak Anda. Terjadi debat kusir dengan pasangan anda. Dengan rasa jengkel, anda tinggalkan meja untuk ganti seragam.
Selesai ganti pakaian, anda melihat anak anda masih menangis, dan bersiap untuk pergi sekolah tanpa menyelesaikan sarapannya. Tapi dia sudah ditinggalkan mobil jemputan. Anda bergegas ke mobil dan berteriak kepada anak anda untuk segera naik mobil. Anda terpaksa mengantarnya ke sekolah. Kemudian ngebut karena terlambat.

Sialnya waktu memotong jalan, anda dihentikan polisi dan terpaksa damai dengan memberikan imbalan Rp. 50.000,-. Sampai di sekolah, anak anda langsung lari dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata-kata. Setelah berjuang keras, akhirnya anda tiba dikantor terlambat 20 menit. Pada saat itu, anda baru sadar bahwa anda lupa membawa tas kerja anda. Anda memulai hari itu dengan kejadian yang menjengkelkan. Ketika waktu berlanjut, semua keadaan seolah-olah berubah menjadi semakin kacau. Sore hari, anda pulang kerumah dengan lesu. Disambut suasana "dingin" dari pasangan, anak dan pembantu anda.

Semua itu terjadi karena reaksi atau respon yang anda lakukan di pagi hari.

Mungkin kita pernah mengalami kejadian serupa. Kesialan diikuti berbagai kesialan lainnya. Hal-hal yang tidak menyenangkan datang silih berganti. Hal itu bisa berupa stress, rasa kurang bahagia dan kemarahan yang mengakibatkan putus hubungan persahabatan, dijauhi teman, menyebalkan dan kadang sangat menyakitkan. Coba cermati contoh kasus tersebut.

Mengapa anda mengalami hari-hari yang menyebalkan?
a) Apakah karena kopi tumpah di baju seragam anda?
b) Apakah karena anak anda yang menyebabkannya?
c) Ataukah karena Pak Polisi yang menilang anda?
d) Atau akibat perilaku anda sendiri?

Jawabannya adalah :
Sesungguhnya anda bisa mengendalikan reaksi anda pada kejadian tersebut. Hanya reaksi spontan anda, yang mengakibatkan semua itu terjadi. Anda bisa merubah situasi menyebalkan itu menjadi lebih menyenangkan dengan menerapkan rumus 90: 10.
Artinya, 10% dari kehidupan kita berupa "takdir" yang harus diterima, dan 90% lainnya, disebabkan oleh reaksi anda terhadap berbagai tekanan dan kejadian yang menimpa Anda. Kita tidak bisa mengendalikan 10% faktor takdir.
Anak tidak sengaja menumpahkan kopi, mobil mogok, jadual penerbangan terlambat sehingga seluruh rencana kerja menjadi kacau, dan terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Ini realita yang tidak bisa dikontrol. Berbeda dengan aspek 90% sisanya. Anda bisa mengendalikan dan mengatur reaksi atau respon yang akan anda lakukan terhadap kejadian yang menimpa anda. Jangan biarkan berbagai kejadian itu mengatur anda. Anda pasti bisa mengendalikan bagaimana reaksi atau respon terbaik yang harus anda lakukan.

Berikut, contoh yang seharusnya anda lakukan. Kopi menumpahi seragam anda.
Anak anda kaget bahkan terlihat akan menangis. Anda bisa berkata, "Nak, tidak
apa-apa cuma basah. Lain kali, berhati-hati kalau sarapan." Anda segera ke kamar dan mengganti baju seragam. Waktu anda kembali anda lihat anak anda sudah selesai sarapan dan segera lari ke depan, menuju mobil jemputan sambil melambaikan tangan kepada anda. Anda, anda masih bisa baca koran dan bercengkerama sebentar sebelum anda siap pergi ke kantor. Anda tiba di kantor 5 menit sebelum jam kerja, dengan gembira. Anda menyapa semua rekan dan anak buah anda di sepanjang jalan menuju kamar kerja. Anda mendapat pujian bos dan bawahan yang mengamati gerak gerik anda. Hari ini sungguh menyenangkan.

Amati apa perbedaan yang terjadi diantara dua scenario di atas. Semua dimulai
dengan kejadian yang sama, kopi tumpah (aspek 10%) yang tidak bisa anda cegah.
Namun hasilnya jauh berbeda, karena cara anda (aspek 90% ) kejadian tersebut
berbeda. Jangan bereaksi negatif terhadap suatu kejadian yang tidak menyenangkan. Berikan reaksi yang positif, dan yakinkan bahwa hal itu tidak akan merusak hari-hari anda selanjutnya. Namun, apabila anda memberikan reaksi atau respon yang salah, maka pasti akan berdampak buruk bagi anda selanjutnya.

Apa reaksi anda bila terjebak kemacetan lalu-lintas?
Apakah membunyikan klakson mobil sekeras-kerasnya. Apakah dengan berlaku seperti itu kejadian akan membaik? Apakah detak jantung anda menjadi normal atau sebaliknya?
Apakah orang lain peduli bila akhirnya anda terlambat tiba di kantor 10-20 menit?
Mengapa anda membiarkan kejadian tersebut merusak seluruh hari anda? Ingat
rumus 90 :10.

Rahasia manfaat penerapan rumus 90 : 10 dalam kehidupan sehari-hari itu sungguh luar biasa. Namun, sedikit diantara kita yang memahaminya, sehingga jutaan orang menderita stress dan berbagai macam masalah pribadi.

Hhhhmmmmm.... sebaiknya kita mulai bisa untuk mengamalkannya ya...


Dari: berbagi dari email untuk saling mengingatkan

Labels:

Allah Tidak Pernah Istirahat

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah. Badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja."

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja,mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang.

Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?"

Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"
Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini.
Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih.

Namun, agaknya saya keliru...

"Tuhan itu tidak pernah istirahat," begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."

Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan....."

Deg. Duh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Allah tidak pernah istirahat." Tuhan Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya kadang berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal, banjir di Jakarta... seringkali bahkan berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.

Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah
yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong
mobil yang mogok. Hmm... saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak
saya. "Ya Tuhan, Engkau memang tak pernah beristirahat."

Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Allah tidak pernah istirahat.....Allah tidak pernah istirahat..... Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil
yang ada di depan saya. Tuhan memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.

Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada
hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Tuhan punya rencana lain buat
saya.

Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Tuhan pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.

Kita berdoa agar diberikan kekuatan... Namun, Tuhan memberikan kita cobaan agar kita
kuat menghadapinya.

Kita berdoa agar diberikan kebijaksanaan... Namun, Tuhan memberikan kita masalah agar kita mampu memecahkannya.

Kita berdoa agar diberikan kecerdasan... Namun, Tuhan memberikan kita otak dan pikiran agar kita dapat belajar dari-Nya.

Kita berdoa agar diberikan keberanian... Namun, Tuhan memberikan kita persoalan agar kita mampu menghadapinya.

Kita berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang.....Namun, Tuhan memberikan kita orang-orang yang luka hatinya agar kita dapat berbagi dengan mereka.

Kita berdoa agar diberikan kebahagiaan... Namun, Tuhan memberikan kita pintu kesempatan agar Kita dapat memanfaatnya...

Ya... Allah...,
ajari kami menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur atas semua nikmat dan karunia-Mu.
Amiin



Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan ...

Labels:

Terdampar di Pulau Kecil

Suatu ketika ada kapal tenggelam akibat diterjang badai. Tak ada penumpangnya yang tersisa. Kecuali, satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum seutuhnya berpihak kepada pria itu. Dia terdampar ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Sendiri. Tanpa bekal makanan.

Orang itu berdoa kepada Tuhan minta diselamatkan. Usai berdoa, ia pandangi penjuru cakrawala. Berharap ada kapal yang datang. Tapi, tak ada tanda-tanda ada kapal yang diharapkan tiba. Ia berdoa lagi lebih khusyuk.

Kemudian menatap jauh ke laut lepas. Tidak ada kapal datang. Sekali lagi pria itu berdoa, tapi tak ada juga kapal yang diharapkan. Ya, pulau tempatnya terdampar terlalu terpencil. Hampir tidak ada kapal lewat di dekatnya.

Akhirnya, pria itu tidak berdoa lagi. Ia telah lelah berharap. Lalu, ia menghangatkan badan. Dikumpulkannya pelepah nyiur untuk membuat perapian. Setelah tubuhnya terasa nyaman, pria itu membuat rumah-rumahan sekedar tempat melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk pengganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi hingga kemudian ia kembali ke gubuknya. Namun Ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah. Hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar karena pria itu lupa memadamkan perapian. Asap membubung tinggi ke angkasa.

Hilanglah semua kerja keras semalaman.

Pria itu berteriak marah, "Tuhan, mengapa kau lakukan ini padaku. Mengapa?

Mengapa...?" teriaknya melengking menyesali nasib.

Tiba-tiba terdengar suara peluit. Tuittt... tuuittt... Ternyata itu suara sebuah kapal yang sedang mendekat. Kapal itu merapat ke pantai. Beberapa orang turun menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya itu.

Tentu saja pria itu terkejut. "bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?" tanyanya penuh keheranan.

"kami melihat simbol asapmu!" jawab salah seorang awak kapal.

Teman, itulah kita. Kita adalah orang yang manja dan pemarah saat ditimpa musibah. Bahkan, selalu menilai bahwa nestapa yang kita terima adalah penderitaan yang begitu berat dan tak pernah dirasakan oleh siapapun.

Itulah sebabnya kenapa kita begitu mudah mengeluh, marah bahkan mengumpat.

Teman, tentu sikap itu tidak tepat. Seharusnya musibah tidak boleh membuat kita kehilangan hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.

Sebab, Tuhan itu tidak tidur. Ia tahu betul kegelisahan dan jeritan hati kita. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan kasih-Nya selalu datang kepada kita. Pada saat dan cara yang tidak disangka-sangka. Hanya saja kita terlalu kerdil untuk memahaminya.

Teman, semoga kita senantiasa dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian kehidupan ini. Amiin.



Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan ...

Labels:

Cinta Yang Tak Pernah Mati

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah kehamilan. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama pun waktu yang kan dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan; "positif".

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya; menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia.

Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.

Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-anak.
Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak-anak. Si kecil baru saja berucap "Ma." segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada didaftar telepon.

Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan.

"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan yang utama ketika ia berada dipasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya,setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya.

Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan demi anak.

Disaat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah anak, 2. Beli susu anak, . nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran.

Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah luput didongengkannya.

Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia terus pun mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang bisa membeli makan siangnya sendiri di kampus.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap.

Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir.Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "bila ibu meninggal,ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih sejak kecil," ujarnya.

Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibu lah madrasah cinta saya, sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran: cinta. Sekolah yang hanya punya satu guru: pecinta. Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: yang dicinta.

-Sekian-


"Ada dua cinta yang abadi : Cinta Tuhan kepada hamba-Nya dan cinta ibu kepada anaknya"



Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan ...

Labels:

Mahalnya Sebuah Karir untuk Wanita

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak, mantan direktur sebuah Perusahaan multinasional. Mungkin anda termasuk orang yang menganggap saya orang yang berhasil dalam karir namun sungguh jika seandainya saya boleh memilih maka saya akan berkata kalau lebih baik saya tidak seperti sekarang dan menganggap apa yang saya raih sungguh sia-sia.

Semuanya berawal ketika putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun baru saja meninggal karena overdosis narkotika. Sungguh hidup saya hancur berantakan karenanya, suami saya saat ini masih terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan mengalami kelumpuhan karena memikirkan musibah ini. Putera saya satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan Sekarang masih dalam perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan, dia juga merasa sangat terpukul dengan kepergian adiknya. Sungguh apa lagi yang bisa saya harapkan.

Kepergian Maya dikarenakan dia begitu guncang dengan kepergian Bik Inah pembantu kami.Hingga dia terjerumus dalam pemakaian Narkoba. Mungkin terdengar aneh kepergian seorang pembantu bisa membawa dampak Begitu hebat pada putri kami. Harus saya akui bahwa bik Inah sudah seperti keluarga bagi kami, dia telah ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu dan ketika Doni berumur 2 tahun.

Bahkan bagi Maya dan Doni, bik Inah sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya yang saya baca setelah dia meninggal. Maya begitu cemas dengan sakitnya bik Inah, berlembar-lembar buku hariannya berisi hal ini.

Dan ketika saya sakit (saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di rumah sakit selama 3 minggu) Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat di buku hariannya "Hari ini Mama sakit di Rumah sakit", hanya itu saja.

Sungguh hal ini menjadikan saya semakin terpukul. Tapi saya akui ini semua karena kesalahan saya. Begitu sedikitnya waktu saya untuk Doni, Maya dan Suami saya. Waktu saya habis di kantor, otak saya lebih banyak berpikir tentang keadaan perusahaan dari pada keadaan mereka. Berangkat jam 07:00 dan pulang di rumah 12 jam kemudian, bahkan mungkin lebih. Ketika sudah sampai rumah rasanya sudah begitu capai untuk memikirkan urusan mereka. Memang setiap hari libur kami gunakan untuk acara keluarga, namun sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja, ketika hari Senin tiba saya dan suami sudah seperti "robot" yang terprogram untuk urusan kantor.

Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali mengingatkan saya untuk berhenti bekerja sejak Doni masuk SMA namun selalu saya tolak, saya anggap ibu terlalu kuno cara berpikirnya. Memang Ibu saya memutuskan berhenti bekerja dan memilih membesarkan kami 6 orang anaknya. Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi karir ibu waktu itu katanya sangat baik. Dan ayahpun ketika itu juga biasa-biasa saja dari segi karir dan penghasilan. Meski jujur saya pernah berpikir untuk memutuskan berhenti bekerja dan mau mengurus Doni dan Maya, namun selalu saja perasaan bagaimana kebutuhan hidup bisa terpenuhi kalau berhenti bekerja, dan lalu apa gunanya saya sekolah tinggi-tinggi?. Meski sebenarnya suami saya juga seorang yang cukup mapan dalam karirnya dan penghasilan. Dan biasanya setelah ada nasehat ibu saya menjadi lebih perhatian pada Doni dan Maya namun tidak lebih dari dua minggu semuanya kembali seperti asal urusan kantor dan karir fokus saya.

Dan kembali saya menganggap saya masih bisa membagi waktu untuk mereka, toh teman yang lain di kantor juga bisa dan ungkapan "kualitas pertemuan dengan anak lebih penting dari kuantitas" selalu menjadi patokan saya. Sampai akhirnya semua terjadi dan diluar kendali saya dan berjalan begitu cepat sebelum saya sempat tersadar. Maya berubah dari anak yang begitu manis menjadi pemakai Narkoba. Dan saya tidak mengetahuinya!!! Sebuah sindiran dan protes Maya saat ini selalu terngiang di telinga. Waktu itu bik Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putera satu-satunya, setelah dia ditinggal mati suaminya .. Namun karena Maya dan Doni keberatan maka akhirnya kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami.

Pengorbanan bik Inah buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya. Namun sindiran Maya tidak begitu saya perhatikan. Akhirnya semua terjadi ,setelah tiba-tiba jatuh sakit kurang lebih dua minggu, bik Inah meninggal dunia di Rumah Sakit. Dari buku harian Maya saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari rumah ketika bik Inah di Rumah Sakit. Memang Doni pernah memohon pada ayahnya agar bik Inah dibawa ke Singapore untuk berobat setelah dokter di sini mengatakan bahwa bik Inah sudah masuk stadium 4 kankernya. Dan usul Doni kami tolak hingga dia begitu marah pada kami. Dari sini saya kini tahu betapa berartinya bik Inah buat mereka, sudah seperti ibu kandungnya!menggantikan tempat saya yang seolah hanya bertugas melahirka mereka saja ke dunia.

Tragis !

Dan sebuah foto "keluarga" di dinding kamar Maya sering saya amati Kalau lagi kangen dengannya. Beberapa bulan yang lalu kami sekeluarga ke desa bik Inah.

Atas desakan Maya kami sekeluarga menghadiri acara pengangkatan Bagas sebagai kepala sekolah madrasah setelah dia selesai kuliah dan belajar di pesantren. Dan Doni pun begitu bersemangat untuk hadir di acara itu padahal dia paling susah untuk diajak ke acara serupa di kantor saya atau ayahnya. Dan difoto "keluarga" itu tampak bik Inah, Bagas, Doni dan Maya tersenyum bersama.
Tak pernah kami lihat Maya begitu senang seperti saat itu dan seingat saya itulah foto terakhirnya.

Setelah bik Inah meninggal Maya begitu terguncang dan shock, kami sempat merisaukannya dan membawanya ke psikolog ternama di Jakarta. Namun sebatas itu yang kami lakukan setelah itu saya kembali berkutat dengan urusan kantor.

Dan di halaman buku harian Maya penyesalan dan air mata tercurah.


Maya menulis :
"Ya Allah kenapa bik Inah meninggalkan Maya, terus siapa yang bangunin Maya, siapa yang nyiapin sarapan Maya, siapa yang nyambut Maya kalau pulang sekolah, Siapa yang ngingetin Maya buat sholat, siapa yang Maya cerita kalau lagi kesel di sekolah, siapa yang nemenin Maya kalo nggak bisa tidur..........Ya Allah , Maya kangen banget sama bik Inah "

Astagfirullah .......bukankah itu seharusnya tugas saya sebagai ibunya, bukan bik Inah ?
Sungguh hancur hati saya membaca itu semua, namun semuanya sudah terlambat tidak mungkin bisa kembali, seandainya semua bisa berputar kebelakang saya rela berkorban apa saja untuk itu.

Kadang saya merenung sepertinya ini hanya cerita sinetron di TV da n saya pemeran utamanya. Namun saya tersadar ini real dan kenyataan yang terjadi.

Sungguh saya menulis ini bukan berniat untuk menggurui siapapun tapi sekedar pengurang sesal saya semoga ada yang bisa mengambil pelajaran darinya. Biarkan saya yang merasakan musibah ini karena sungguh tiada terbayang beratnya.

Semoga siapapun yang membaca tulisan ini bisa menentukan

"prioritas hidup dan tidak salah dalam memilihnya".

Biarkan saya seorang yang mengalaminya.

Saat ini saya sedang mengikuti program konseling/therapy dan Mencoba aktif ikut dipengajian-pengajian untuk menentramkan hati saja. Berkat dorongan seorang teman saya beranikan tulis ini semua. Saya tidak ingin tulisan ini sebagai tempat penebus kesalahan saya, karena itu tidak mungkin! Dan bukan pula untuk memaksa anda mempercayainya, tapi inilah faktanya.

Hanya semoga ada yang memetik manfaatnya.

Dan saya berjanji untuk mengabdikan sisa umur saya untuk suami dan Doni.

Dan semoga Allah mengampuni saya yang telah menyia-nyiakan amanahNya pada saya.

Dan disetiap berdoa saya selalu memohon

"YA Allah seandainya Engkau akan menghukum Maya karena kesalahannya, sungguh tangguhkanlah Ya Allah, biar saya yang menggantikan tempatnya kelak, biarkan buah hatiku tentram di sisiMu".

Semoga Allah mengabulkan doa saya.
Amiin



Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan ...

Labels:

Monday, January 5, 2009

Time Management

TIME MANAGEMENT The Islamic Way



What is time?
- It is a measure of the passing away of life… So,Time is Life!
- It is a precious resource…We have only 24 hours in a day
- It is irreplaceable…Time, unlike wealth, once lost, can’t be gained back
- It is something you can’t have enough of
- It is something to be respected... Not only your own time, but also other people’s!
If not managed well, it is a creator of stress

In Surah Al-Asr
Allah (s.w.t) says:
“ By the time, Verily Man is in loss, Except such as have Faith, And do righteous deeds, And (join together) in the mutual enjoining of Truth and of Sabr (patience & constancy).”


Hadits
- Ibn Abbas (r.a.a) narrates that the Prophet (s.a.w) said, “There are two blessings which many people lose. (They are) health and free time for doing good” (Bukhari)
- The Prophet (s.a.w) said: “On the Day of Resurrection the feet of the son of Adam will not move away till he is questioned about five matters:
1.On what he spent his life
2. In doing what he made his youth pass away
3. From where he acquired his property
4. On what he spent it (property)
5. What he did regarding what he knew.”

- Allah’s Messenger (s.a.w) said: “Grasp five things before five others: your youth before your old age, your health before your illness, your riches before your poverty, your leisure before your work and your life before your death.” -Tirmidhi-
- Abdullah bin Umar (r.a.a) said, “ Allah’s Apostle (s.a.w) took hold of my shoulder and said, ‘Be in this world as if you were a stranger or a traveler.’
- Ibn Umar (r.a.a) used to say, “ If you survive till the evening, do not expect to be alive in the morning, and if you survive till the morning, do not expect to be alive in the evening and take from your health for your sickness, and take from your life for your death.” (Bukhari)
- Abu Bakr Siddiq (r.a.a) used to pray:
“O Allah, do not leave us in the dark (i.e. under the wrong impression about things) and do not make us one of those who are careless about time”.
- Umar Farooq (r.a.a) used to ask Allah for Barakah (abundance & blessings) in his time (to do more in less time) and to enable him to use it for the right purposes.


- Sh. Abdul Fattah Abu Ghuddi said:
“The people who do not value time and waste all their spare time are truly deprived and at a great loss. A person’s life will pass away in the twinkling of an eye and he will be left truly empty-handed”.

Making the maximum use of their time..
- Ibn ul Jawzi wrote about 1000 books in his lifetime.
- Ibn Jarir Tabari used to write 28 pages every day & not waste a single moment of his day.
- In Jahiz Ibn Rashid’s life, there were only 2 nights he did not read.
- Ibn ul Jawzi said, “I feel sorry for those people who are busy in play and amusement, roaming around without any specific purpose, sitting in the market-place staring at every passer-by and debating & giving their opinions on the rise and fall of nations.”


FROM THE QURAN,
THE SUNNAH OF THE PROPHET
(S.A.W), & THE PRACTICE OF THE SAHAABAH (R.A.A)
WE LEARN HOW TO PRIORITIZE, PLAN, ORGANIZE & ALLOCATE OUR TIME TO USE IT IN THE BEST POSSIBLE WAY

COMMUNICATE WITH ALLAH
The Prophet (s.a.w) said: “It is incumbent on every intelligent person that he should spend some part of his time talking to his Rabb.”
This can be done in prayer, Quran, Dhikr, while alone and amongst people. Share your feelings and thoughts with Allah.

Quran (59:18) :
“And let every soul look to what it has put forth for tomorrow – and fear Allah. Indeed, Allah is acquainted with what you do”.

DO A REGULAR CHECK & REVIEW OF YOUR ACTIVITIES
- What am I doing for my tomorrow (my Hereafter)?
- What are my duties & am I doing them (worship, etc)?
- What are my dealings with people? Am I giving them their rights?
- What is my character, manners & habits like?
- Have I stopped lying, backbiting, telling tales, aimless talk, sarcasm and doing activities which waste time?
- Where is my wealth coming from & how am I spending it?

Remember that in your spare time
- You can do Dhikr – Remembrance of Allah
“So when you have finished (your duties) then stand up (for worship) and to your Lord direct (your) longing.” Quran 94:7,8
- Don't waste other people's time
The Prophet (saw) used to forbid ‘Qil’ and ‘Qal’ (idle, useless talk or that you talk too much about others)


Why do we waste time?
- Laziness
- Lack of focus or identifying what one wants
- Too engrossed with one’s own personal problems
- Lack of self-control or self-discipline
- Ego in thinking oneself indispensable
- Leaving things half done
- Taking things & people’s criticism too personally
- Demands of society & excessive time spent on social events
- Not realizing the importance & value of time




How to manage your time?
- Identify your goals
- Make a list of these goals making sure you balance your different life roles
- Prioritize and make a list of things to do
- Make time-tables & stick to them
- Be focused on what you are doing for ex. active listening saves time
- Set realistic targets (monthly,weekly,daily) plan & achieve them
- Review & amend as necessary
- Train people to respect your time & schedules
- Ask for Allah’s help in being constant

- Find out the ways of doing things correctly.
- Knowledge will stop you from wasting time in making mistakes
- Be determined to succeed. Develop a winning attitude
- Do not impose limitations on yourself. Do things confidently
- Be honest with yourself & be realistic


And Remember...
Prayer is the best training (physical & mental for us in learning to be punctual, focused, single minded, self-disciplined & goal oriented. So pray the right way, with the right movements, humility and concentration.


And lastly...
Paradise is not cheap
You have to pay the high price
and make sacrifices for it


Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan...

Labels:

Thursday, January 1, 2009

LIFE is about Correcting Mistakes

LIFE is about correcting mistakes


Monica married Hitesh this day. At the end of the wedding party, Monica's mother gave her a newly opened bank saving passbook, with Rs.1000 deposit amount.

Mother: 'Monica, take this passbook. Keep it as a record of your marriage life. When there's something happy and memorable happened in your new life, put some money in. Write down what it's about next to the line. The more memorable the event is, the more money you can put in. I've done the first one for you today. Do the others with Hitesh. When you look back after years, you can know how much happiness you've had.'

Monica shared this with Hitesh when getting home. They both thought it was a great idea and were anxious to know when the second deposit can be made.

This was what they did after certain time :

- 7 Feb: Rs.100, first birthday celebration for Hitesh after marriage

- 1 Mar: Rs.300, salary raise for Monica

- 20 Mar: Rs.200, vacation trip to Bali

- 15 Apr: Rs.2000, Monica got pregnant

- 1 Jun: Rs.1000, Hitesh got promoted

.... and so on...

However, after years, they started fighting and arguing for trivial things.They didn't talk much. They regretted that they had married the most nasty people in the world.... no more love...Kind of typical nowadays, huh?

One day Monica talked to her Mother:

Mom, we can't stand it anymore. We agree to divorce. I can't imagine how I decided to marry this guy!!!'

Mother: 'Sure, girl, that's no big deal. Just do whatever you want if you really can't stand it. But before that, do one thing first. Remember the saving passbook I gave you on your wedding day? Take out all money and spend it first. You shouldn't keep any record of such a poor marriage.'

Monica thought it was true. So she went to the bank, waiting at the queue and planning to cancel the account. While she was waiting, she took a look at the passbook record. She looked, and looked, and looked. Then the memory of all the previous joy and happiness just came up her mind. Her eyes were then filled with tears. She left and went home.

When she was home, she handed the passbook to Hitesh, asked him to spend the money before getting divorce.

The next day, Hitesh gave the passbook back to Monica. She found a new deposit of Rs.5000. And a line next to the record: 'This is the day I notice how much I've loved you thru out all these years. How much happiness you've brought me.'

They hugged and cried, putting the passbook back to the safe.

Do you know how much money they had saved when they retired? I did not ask.

I BELIEVE THE MONEY DID NOT MATTER ANY MORE AFTER THEY HAD GONE THRU ALL THE GOOD YEARS IN THEIR LIFE.

"When you fall, in any way, Don't see the place where you fell, Instead see the place from where you slipped. Life is about correcting mistakes."

Labels:

Wishing You Happy New Year 2009!




2009


H ours of happy times with friends and family
A bundant time for relaxation
P rosperity
P lenty of love when you need it the most
Y outhful excitement at lifes simple pleasures

N ights of restful slumber (you know - dont' worry be happy)
E verything you need
W ishing you love and light

Y ears and years of good health
E njoyment and mirth
A ngels to watch over you
R embrances of a happy years!

Wishing you lots of Happiness, Success, Love n Good health

HAPPY NEW YEAR 2009

Labels: