Wednesday, January 7, 2009

Allah Tidak Pernah Istirahat

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah. Badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja."

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja,mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang.

Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?"

Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"
Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini.
Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih.

Namun, agaknya saya keliru...

"Tuhan itu tidak pernah istirahat," begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."

Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan....."

Deg. Duh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Allah tidak pernah istirahat." Tuhan Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya kadang berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal, banjir di Jakarta... seringkali bahkan berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.

Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah
yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong
mobil yang mogok. Hmm... saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak
saya. "Ya Tuhan, Engkau memang tak pernah beristirahat."

Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Allah tidak pernah istirahat.....Allah tidak pernah istirahat..... Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil
yang ada di depan saya. Tuhan memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.

Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada
hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Tuhan punya rencana lain buat
saya.

Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Tuhan pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.

Kita berdoa agar diberikan kekuatan... Namun, Tuhan memberikan kita cobaan agar kita
kuat menghadapinya.

Kita berdoa agar diberikan kebijaksanaan... Namun, Tuhan memberikan kita masalah agar kita mampu memecahkannya.

Kita berdoa agar diberikan kecerdasan... Namun, Tuhan memberikan kita otak dan pikiran agar kita dapat belajar dari-Nya.

Kita berdoa agar diberikan keberanian... Namun, Tuhan memberikan kita persoalan agar kita mampu menghadapinya.

Kita berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang.....Namun, Tuhan memberikan kita orang-orang yang luka hatinya agar kita dapat berbagi dengan mereka.

Kita berdoa agar diberikan kebahagiaan... Namun, Tuhan memberikan kita pintu kesempatan agar Kita dapat memanfaatnya...

Ya... Allah...,
ajari kami menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur atas semua nikmat dan karunia-Mu.
Amiin



Sumber: berbagi dari email untuk saling mengingatkan ...

Labels:

1 Comments:

At January 7, 2009 at 11:11 PM , Blogger Heny said...

yup betul, semua ada hikmahnya

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home